A.
Pengertian Guru dan Kepribadian Guru
1. Pengertian
Guru
Menurut kamus besar bahasa indonesia guru
diartikan sebagai seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya)
mengajar. Dalam bahasa Arab disebut dengan mu’allim dan dakan bahasa Inggris
disebut Teacher. Senya neniliki arti
yang sederhana yakni “A Person Occupation
is Teaching Other” artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar
orang lain[1].
Sedangkan arti secara umumnya, guru adalah
pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas
utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik.
2. Pengertian
Kepribadian Guru
Kepribadian adalah karakter dan identitas yang berarti
sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang
membedakan dirinya dan dari yang lain. Sebelum membahas makna kepribadian guru
terlebih dahulu perlu mengemukakan tentang kepribadian itu sendiri.
Menurut asal katanya, kepribadian atau
personality berasal dari bahasa Latin personare,
yang berarti mengeluarkan suara (to sound
through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan
seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker)yang dipakainya. Pada mulanya
istilah persona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana
suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti
pemain sandiwara itu sendiri[2].
Ada beberapa pengertian kepribadian menurut ahli
sosiologi, diantaranya:
Menurut Horton (1982), Kepribadian adalah keseluruhan
sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan
tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada
situasi tertentu.
Menurut Schever Dan Lamm (1998), Kepribadian adalah
sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku
seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga
kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus
secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi. Seorang guru
memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru
yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang
abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan,
tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian dalam bahasa inggris "
Personality" sedangkan dari bahasa latin adalah " Personal" yang
berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh
pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau
pribadi seseorang. Kepribadian juga dapat diartikan sebagai sifat yang hakiki
yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya
dari orang atau bangsa lain.
B. Ciri
Khas Kepribadian Guru
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan.
Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru
adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan
sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam
menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.Saat ini guru
dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan profesi yang lain, sehingga seorang
guru dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Guru yang profesional adalah “guru yang mempunyai
sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi
pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi
pribadi”. Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi personal seorang
guru.Kompetensi ini merupakan sosok kepribadian seorang guru yang berkarakter
sebagai orang Indonesia serta pribadi yang ideal dari orang yang menjadi
teladan di masyarakat[3].
Menurut Samani (2003) karakteristik atau ciri khas
kepribadian guru yang berkaitan dengan keberhasilan dalam menggeluti profesinya
adalah meliputi fleksibilitas dan keterbukaan psikologis.
a. Fleksibilitas
Fleksibilitas
kognitif atau keluwesan ranaha cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti
dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu.
Kebailkannya adalah frigiditas kognitif atau kelemahan ranah cipta yang
ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi
yang sedang dihadapi.
Guru
yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.
Juga memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang
prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam setiap
mengamati dan mengenali sesuatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang
fleksibel selalu berpikir kritis (critical thinking). Berpikir kritis
adalah berfikir dengan penuh pertimbangan akal sehat (rational reflective) yang
dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari
sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu[4].
b. Keterbukaan
Psikologis Guru
Karakteristik
kepribadian guru yang lain adalah keterbukaan psikologis yang turut menentukan
keberhasilan seorang guru yang profesional, oleh karena karakteristik
kepribadian ini juga merupakan dasar kompetensi profesional guru Keterbukaan
psikologis juga sebagai suatu konsep kontinum, yaitu rangkaian kesatuan yang
bermula dari titik keterbukaan psikologi sampai sebaliknya, ketertutupan
psikologis.
Posisi
guru dalam kontinum tersebut ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan
pengalamannya sendiri dalam hal keinginan, berfantasi, dan berperasaan untuk
menyesuaikan diri. Jika kemampuan dan keterampilan dalam menyesuaikan diri
makin besar, maka berarti makin dekat pada kutub keterbukaan psikologis atau
makin cakap menyesuaikan diri maka guru makin lebih memiliki keterbukaan diri.
Guru
yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan:
I.
Kesediaan yang relatif tinggi untuk
mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern, seperti peserta didik,
teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
II.
Kesediaan menerima kritik dengan ikhlas.
III.
Memiliki empati, yakni respon afektif
terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
IV.
Ditinjau dari fungsi dan signifikansinya,
sebagai pengarah dalam pembelajaran selain sebagai panutan peserta didik.
Sisi
positif karakteristik kepribadian keterbukaan psikologis ini antara lain:
I.
Keterbukaan psikologis merupakan
prakondisi atau prasyarat penting yang perlumdimiliki guru untuk memahami
pikiran dan perasaan orang lain
II.
Keterbukaan psikologis diperlukan untuk
menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan peserta didik yang
harmonis, sehingga mendorong peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara
bebas.
C.
Pengembangan
Kepribadian Guru
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi
guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimilik,
dihayati, dan dikuasi oleh guru dalam melaksanakan tugas professional. Menurut
Spencer (1993) kompetensi adalah suatu sifat yang berhubungan dengan kriteria
keefektifan dan kinerja yang sangat baik dalam suatu pekerjaan. Kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi personal, kompetensi
sosial, kompetensi professional[5].
Guru profesional adalah
orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Yang dimaksud dengan
terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal tetapi juga harus
menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan
kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru.
Dewasa ini kompetensi
guru baik kompetensi social, kepribadian (individual), pedagogik, dan
professional belum memadai. indikator rendahnya kompetensi guru ditandai
dengan:
a.
Kurangnya
kematangan emosional.
b.
Lemahnya motivasi
dan dedikasi.
c.
Lemahnya
penguasaan bahan ajar.
d.
Metode
pembelajaran belum efektif.
e.
Kurangnya
kemandirian berpikir.
f.
Komunikasi
pembelajaran yang belum efektif.
g.
Kurang memahami
landasan pendidikan, psikologi pendidikan, manajemen kelas, materi dasar ajaran
islam.
h.
Lemahnya pemahaman
kurikulum.
i.
Tidak menguasai
PBM.
j.
Tidak mengetahui
cara melakukan evaluasi dan pengukuran hasil belajar; guru belum mampu menunjukan
kinerja yang memadai[6].
Faktor penyebab
rendahnya kompetensi yaitu karena secara kualifikasi tidak seluruh guru
memahami latar belakang pendidikan yang memadai dan terdapat guru yang tidak
sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Idealnya guru memiliki kompetensi
yang diperlukan dalam melaksanakan tugas baik kompetensi pedagogik, sosial,
kepribadian, dan profesional.
D.
Faktor-Faktor Pengaruh Kepribadian Guru.
Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan, tetapi
dalam perkembangannya membentuk pola-pola yang khas yang merupakan ciri unik
bagi setiap individu. Menurut Ngalim Purwanto terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian antara lain:[7]
a)
Faktor Biologis
Faktor
biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau
seringkali disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan,
pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat
badan, dan sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan
telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini
dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa
sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan,
dan ada pula yang merupakan pembawaan seseorang/orang itu masing-masing.
Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian
seseorang.
b) Faktor
Sosial[8]
Faktor sosial yang dimaksud di sini
adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang
bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosialadalah tradisi-tradisi,
adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku
dimasyarakat itu dilahirkan, seseorang telah mulai bergaul dengan orang-orang
disekitarnya. Lingkungan yang pertama adalah keluarga.
Dalam perkembangan seseorang, peranan
keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian
selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh
yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian
seseorang.
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap
perkembangan seseorang sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan
perkembangan pribadi seseorang selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh
itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima seseorang masih
terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena
berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana
bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang seseorang maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan
bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan
kepribadian.
c) Faktor Kebudayaan[9]
Perkembangan dan pembentukan kepribadian
pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat
di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang
sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
I.
Nilai-nilai (Values)
Di
dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh
manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai
anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan
kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
II.
Adat dan Tradisi.
Adat
dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang
harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak
dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadianseseorang.
III.
Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi
rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat
mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara
kehidupannya.
IV.
Bahasa
Di
samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan
salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan.
Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa
itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat
menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta
bergaul dengan orang lain.
V.
Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu
masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi
keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang
memiliki kebudayaan itu.
E.
Pengertian Motivasi Belajar
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
“motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu10.Motif dan
motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan.Kata “motif”,
diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat
ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang
melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang
pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:
a)
Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman
mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang
ditandai dengan munculnya “feeling”
dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
b)
Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi
merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan.
c)
Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi
adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.
d)
Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa
motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada
pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau
dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu
untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya
tujuan yang diharapkan[10].
Dari berbagai
definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa
motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan
terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Belajar adalah
suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih
jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
I.
Sumadi Soerya
Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membawa
perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan
dengan usaha atau disengaja.
II.
L. Crow dan A.
Crow, berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam respon tingkah laku
(seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan
ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman.
“pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang
mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam
belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak
teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun
yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya
pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan
fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk
sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.
F.
Strategi
Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa atau Peserta Didik.
Strategi merupakan pola
umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam
pembelajaran perlu strategi agar tujuan tercapai dengan optimal.[11] Dengan
demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Adapun dalam strategi pembelajaran
terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih
bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Dari pengertian di atas dapat di ambil garis besar
bahwa strategi pembelajaran sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan
termasuk penggunaan metode, materi, peserta didik, bahan ajar maupun waktu
untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Guru dalam memotivasi
belajar ditempuh dengan strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan,
khususnya dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah suatu ilmu untuk
membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien sesuai dengan harapan
tujuan pendidikan.[12]
Pentingnya strategi dalam
pembelajaran mengakibatkan setiap guru dituntut untuk memahami strategi
pembelajaran sebelum melakukan tugas mengajar. Adapun tujuan pengajaran itu
sendiri ditetapkan dalam perencanaan pengajaran atau yang dikenal dengan kurikulum.
Disamping tujuan pengajaran, baik kurikulum memuat isi dan pengalaman belajar
yang semuanya turut menentukan pemilihan strategi belajar mengajar.
Secara garis besar,
pembahasan strategi pembelajaran selalu tidak terlepas dari faktor-faktor seperti:
tahapan mengajar dan pendekatan mengajar. Kedua faktor ini selalu menjadi objek
kajian pakar pendidikan antara satu dengan lainnya dalam menjelaskan
faktor-faktor tersebut.
Selain hal diatas ada
juga beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik, antara lain :
a)
Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu
seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam
pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik
maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b)
Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang
berprestasi. Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar
lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
c)
Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha
mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai
sebelumnya.
d)
Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta
didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat
membangun.
e)
Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat
kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan
harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu
motivasi belajarnya.
f)
Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang
dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama
proses pembelajaran berlangsung.
g)
Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan
pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta
didik dapat belajar dengan suasana yang kondusif.
h)
Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun
komunal (kelompok)
i)
Menggunakan metode yang bervariasi
Dalam
pembelajaran, metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta
didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang
tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.
j)
Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media
yang tepat sangat membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai
pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang
tepat akan mampu memediasi peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang
tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan
berbicaranya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki
tiap peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap
indera peserta didik.[13]
G.
Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi
Kompetensi Kepribadian
Guru yang meliputi disiplin, jujur dan adil, berakhlak mulia, diteladani,
pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan penyabar, berwibawa dan percaya
diri berada pada kategori cukup tinggi. Motivasi Belajar siswa yang diukur melalui
durasi belajar, frekuensi belajar, presistensinya, devosi dan pengorbanan,
ketabahan dan kemampuan, tingkat aspirasi, tingkat kualifikasi prestasi, dan
arah sikap terhadap sasaran kegiatan siswa yang berada pada kategori cukup
tinggi.
Kompetensi kepribadian
guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa,
sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi kepribadian guru
maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa
berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan
semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar
siswa. Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar siswa melalui motivasi belajar siswa, sehingga dapat
disimpulkan semakin tinggi kompetensi kepribadian guru melalui motivasi belajar
siswa maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.
[1]Departemen P dan
K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm.
701.
[10] Sardiman, Interaksi
dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm
67
[11]Zainal
Asril, Micro Teaching, (Jakarta:
Rajawali Pers,2011),hal.13
[12] W.
Gulo, Strategi
Belajar-Mengajar,(Jakarta:Grasindo,2005),hal.2
Ketahui potensi diri dan kepribadian dari arti nama, tanggal lahir dengan coba unduh ARC Bali Pro kami di PlayStore atau ingin tahu lebih jauh bisa baca blog kami di ARC Bali
BalasHapus