Senin, 13 Maret 2017

Kepribadian Guru

    A.    Pengertian Guru dan Kepribadian Guru
1.      Pengertian Guru
Menurut kamus besar bahasa indonesia guru diartikan sebagai seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut dengan mu’allim dan dakan bahasa Inggris disebut Teacher. Senya neniliki arti yang sederhana yakni “A Person Occupation is Teaching Other” artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya mengajar orang lain[1].
Sedangkan arti secara umumnya, guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.

2.      Pengertian Kepribadian Guru
Kepribadian adalah karakter dan identitas yang berarti sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dan dari yang lain. Sebelum membahas makna kepribadian guru terlebih dahulu perlu mengemukakan tentang kepribadian itu sendiri.
Menurut asal katanya, kepribadian atau personality berasal dari bahasa Latin personare, yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Istilah ini digunakan untuk menunjukkan suara dari percakapan seorang pemain sandiwara melalui topeng (masker)yang dipakainya. Pada mulanya istilah per­sona berarti topeng yang dipakai oleh pemain sandiwara, di mana suara pemain sandiwara itu diproyeksikan. Kemudian kata persona itu berarti pemain sandiwara itu sendiri[2].
Ada beberapa pengertian kepribadian menurut ahli sosiologi, diantaranya:
Menurut Horton (1982), Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dan tempramen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akan terwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.
Menurut Schever Dan Lamm (1998), Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi. Seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian dalam bahasa inggris " Personality" sedangkan dari bahasa latin adalah " Personal" yang berarti kedok atau topeng, yaitu tutup muka yang sering dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku, watak atau pribadi seseorang. Kepribadian juga dapat diartikan sebagai sifat yang hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang atau bangsa lain.
   B.     Ciri Khas Kepribadian Guru
Guru memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Karena guru memegang kunci dalam pendidikan dan pengajaran disekolah. Guru adalah pihak yang paling dekat dengan siswa dalam pelaksanaan pendidikan sehari-hari, dan guru merupakan pihak yang paling besar peranannya dalam menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pendidikan.Saat ini guru dianggap sebuah profesi yang sejajar dengan profesi yang lain, sehingga seorang guru dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan tugasnya.
Guru yang profesional adalah “guru yang mempunyai sejumlah kompetensi yang dapat menunjang tugasnya yang meliputi kompetensi pendagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial maupun kompetensi pribadi”. Kompetensi kepribadian merupakan kompetensi personal seorang guru.Kompetensi ini merupakan sosok kepribadian seorang guru yang berkarakter sebagai orang Indonesia serta pribadi yang ideal dari orang yang menjadi teladan di masyarakat[3].
Menurut Samani (2003) karakteristik atau ciri khas kepribadian guru yang berkaitan dengan keberhasilan dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas dan keterbukaan psikologis.
a.       Fleksibilitas
Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranaha cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Kebailkannya adalah frigiditas kognitif atau kelemahan ranah cipta yang ditandai dengan kekurangmampuan berpikir dan bertindak yang sesuai dengan situasi yang sedang dihadapi.
Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Juga memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur (terlampau dini) dalam pengamatan dan pengenalan. Dalam setiap mengamati dan mengenali sesuatu objek atau situasi tertentu, seorang guru yang fleksibel selalu berpikir kritis (critical thinking). Berpikir kritis adalah berfikir dengan penuh pertimbangan akal sehat (rational reflective) yang dipusatkan pada pengambilan keputusan untuk mempercayai atau mengingkari sesuatu dan melakukan atau menghindari sesuatu[4].
b.      Keterbukaan Psikologis Guru
Karakteristik kepribadian guru yang lain adalah keterbukaan psikologis yang turut menentukan keberhasilan seorang guru yang profesional, oleh karena karakteristik kepribadian ini juga merupakan dasar kompetensi profesional guru Keterbukaan psikologis juga sebagai suatu konsep kontinum, yaitu rangkaian kesatuan yang bermula dari titik keterbukaan psikologi sampai sebaliknya, ketertutupan psikologis.
Posisi guru dalam kontinum tersebut ditentukan oleh kemampuannya dalam menggunakan pengalamannya sendiri dalam hal keinginan, berfantasi, dan berperasaan untuk menyesuaikan diri. Jika kemampuan dan keterampilan dalam menyesuaikan diri makin besar, maka berarti makin dekat pada kutub keterbukaan psikologis atau makin cakap menyesuaikan diri maka guru makin lebih memiliki keterbukaan diri.
Guru yang terbuka secara psikologis biasanya ditandai dengan:
                                                       I.             Kesediaan yang relatif tinggi untuk mengkomunikasikan dirinya dengan faktor-faktor ekstern, seperti peserta didik, teman sejawat, dan lingkungan pendidikan tempatnya bekerja.
                                                    II.            Kesediaan menerima kritik dengan ikhlas.
                                                  III.            Memiliki empati, yakni respon afektif terhadap pengalaman emosional dan perasaan tertentu orang lain.
                                                 IV.            Ditinjau dari fungsi dan signifikansinya, sebagai pengarah dalam pembelajaran selain sebagai panutan peserta didik.
Sisi positif karakteristik kepribadian keterbukaan psikologis ini antara lain:
                                                       I.             Keterbukaan psikologis merupakan prakondisi atau prasyarat penting yang perlumdimiliki guru untuk memahami pikiran dan perasaan orang lain
                                                    II.            Keterbukaan psikologis diperlukan untuk menciptakan suasana hubungan antar pribadi guru dan peserta didik yang harmonis, sehingga mendorong peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara bebas.
   C.    Pengembangan Kepribadian Guru
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi guru merupakan salah satu faktor yang amat penting. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimilik, dihayati, dan dikuasi oleh guru dalam melaksanakan tugas professional. Menurut Spencer (1993) kompetensi adalah suatu sifat yang berhubungan dengan kriteria keefektifan dan kinerja yang sangat baik dalam suatu pekerjaan. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi personal, kompetensi sosial,  kompetensi professional[5].
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dengan kata lain guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya.
Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya memiliki pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik dalam KBM serta landasan-landasan kependidikan seperti tercantum dalam kompetensi guru.
Dewasa ini kompetensi guru baik kompetensi social, kepribadian (individual), pedagogik, dan professional belum memadai. indikator rendahnya kompetensi guru ditandai dengan:
a.       Kurangnya kematangan emosional.
b.      Lemahnya motivasi dan dedikasi.
c.       Lemahnya penguasaan bahan ajar.
d.      Metode pembelajaran belum efektif.
e.       Kurangnya kemandirian berpikir.
f.        Komunikasi pembelajaran yang belum efektif.
g.      Kurang memahami landasan pendidikan, psikologi pendidikan, manajemen kelas, materi dasar ajaran islam.
h.      Lemahnya pemahaman kurikulum.
i.        Tidak menguasai PBM.
j.        Tidak mengetahui cara melakukan evaluasi dan pengukuran hasil belajar; guru belum mampu menunjukan kinerja yang memadai[6].
Faktor penyebab rendahnya kompetensi yaitu karena secara kualifikasi tidak seluruh guru memahami latar belakang pendidikan yang memadai dan terdapat guru yang tidak sesuai dengan bidang tugas dan fungsinya. Idealnya guru memiliki kompetensi yang diperlukan dalam melaksanakan tugas baik kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional.
   D.    Faktor-Faktor Pengaruh Kepribadian Guru.
Kepribadian berkembang dan mengalami perubahan, tetapi dalam perkembangannya membentuk pola-pola yang khas yang merupakan ciri unik bagi setiap individu. Menurut Ngalim Purwanto terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian antara lain:[7]
a)      Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan jasmani, atau seringkali disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik, pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan sebagainya. Keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah  menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan seseorang/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada kepribadian seseorang.
b)      Faktor Sosial[8]
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni manusia-manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam faktor sosialadalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa, dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu dilahirkan, seseorang telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Lingkungan yang pertama adalah keluarga.
Dalam perkembangan seseorang, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan kepribadian seseorang.  
Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan seseorang sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan pribadi seseorang selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima seseorang masih terbatas jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada emosional. Kemudian semakin besar seorang seseorang maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
c)      Faktor Kebudayaan[9]
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
                                             I.            Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di masyarakat itu.
                                          II.            Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada kepribadianseseorang.
                                        III.            Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap hidup dan cara-cara kehidupannya.
                                       IV.            Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan. Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi serta bergaul dengan orang lain.
                                          V.            Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa, makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.

   E.     Pengertian Motivasi Belajar
Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan “motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu10.Motif dan motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan.Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Berawal dari pendekatan kata “motif” tersebut dapat ditarik persamaan bahwa keduanya menyatakan suatu kehendak yang melatarbelakangi perbuatan. Banyak para ahli yang memberikan batasan tentang pengertian motivasi antara lain adalah sebagai berikut:
a)      Mc. Donald yang dikutip oleh Sardiman mengemukakan, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahulu dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
b)      Tabrani Rusyan berpendapat, bahwa motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.
c)      Heinz Kock memberikan pengertian, motivasi adalah mengembangkan keinginan untuk melakukan sesuatu.
d)      Dr. Wayan Ardhan menjelaskan, bahwa motivasi dapat dipadang sebagai suatu istilah umum yang menunjukkan kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan insentif dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan[10].
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut diatas, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks, karena motivasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan energi dalam diri individu untuk melakukan sesuatu yang didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
Belajar adalah suatu bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Untuk lebih jelas penulis akan kemukakan pendapat para ahli:
                              I.            Sumadi Soerya Brata mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah membawa perubahan yang mana perubahan itu mendapatkan kecakapan baru yang dikarenakan dengan usaha atau disengaja.
                           II.             L. Crow dan A. Crow, berpendapat bahwa pelajaran adalah perubahan dalam respon tingkah laku (seperti inovasi, eliminasi atau modifikasi respon, yang mengandung setara dengan ketetapan) yang sebagian atau seluruhnya disebabkan oleh pengalaman. “pengalaman” yang serupa itu terutama yang sadar, namun kadang-kadang mengandung komponen penting yang tidak sadar, seperti biasa yang terdapat dalam belajar gerak ataupun dalam reaksinya terhadap perangsang-perangsang yang tidak teratur, termasuk perubahan-perubahan tingkah laku suasana emosional, namun yang lebih lazim ialah perubahan yang berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan simbolik atau ketrampilan gerak, tidak termasuk perubahan-perubahan fisiologis seperti keletihan atau halangan atau tidak fungsinya indera untuk sementara setelah berlangsungnya pasangan-pasangan yang terus menerus.
   F.      Strategi Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa atau Peserta Didik.
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran perlu strategi agar tujuan tercapai dengan optimal.[11] Dengan demikian, dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Adapun dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dari pengertian di atas dapat di ambil garis besar bahwa strategi pembelajaran sebagai perencanaan yang berisi rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode, materi, peserta didik, bahan ajar maupun waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Guru dalam memotivasi belajar ditempuh dengan strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah suatu ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai  secara efektif dan efisien sesuai dengan harapan tujuan pendidikan.[12]
Pentingnya strategi dalam pembelajaran mengakibatkan setiap guru dituntut untuk memahami strategi pembelajaran sebelum melakukan tugas mengajar. Adapun tujuan pengajaran itu sendiri ditetapkan dalam perencanaan pengajaran atau yang dikenal dengan kurikulum. Disamping tujuan pengajaran, baik kurikulum memuat isi dan pengalaman belajar yang semuanya turut menentukan pemilihan strategi belajar mengajar.
Secara garis besar, pembahasan strategi pembelajaran selalu tidak terlepas dari faktor-faktor seperti: tahapan mengajar dan pendekatan mengajar. Kedua faktor ini selalu menjadi objek kajian pakar pendidikan antara satu dengan lainnya dalam menjelaskan faktor-faktor tersebut.
Selain hal diatas ada juga beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik, antara lain :
a)      Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar, terlebih dahulu seorang guru menjelaskan tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran kepada siswa. Makin jelas tujuan yang akan dicapai peserta didik maka makin besar juga motivasi dalam melaksanakan kegiatan belajar.
b)      Memberikan hadiah (reward)
Memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat peserta didik untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, peserta didik yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar peserta didik yang berprestasi.
c)      Memunculkan saingan atau kompetensi
Guru berusaha mengadakan persaingan di antara peserta didik untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
d)      Memberikan pujian
Memberikan pujian atau penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi sudah sepantasnya dilakukan oleh guru yang bersifat membangun.
e)      Memberikan hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar peserta didik tersebut mau mengubah diri dan beruaha memacu motivasi belajarnya.
f)       Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar
Kegiatan yang dilakukan guru adalah memberikan perhatian maksimal kepada peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung.
g)      Membentuk kebiasaan belajar yang baik
Guru menanamkan pembiasaan belajar yang baik dengan disiplin yang terarah sehingga peserta didik dapat belajar dengan suasana yang kondusif.
h)      Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun komunal (kelompok)
i)       Menggunakan metode yang bervariasi
Dalam pembelajaran, metode konvensional harus sudah ditinggalkan guru karena peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dibutuhkan metode yang tepat/bervariasi dalam memberdayakan kompetensi peserta didik.
j)       Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penggunaan media yang tepat sangat membantu dan memotivasi peserta didik dalam memaknai pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Adanya media yang tepat akan mampu memediasi peserta didik yang memiliki kemampuan indera yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicaranya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indera yang dimiliki tiap peserta didik dapat dikurangi dan dapat memberikan stimulus terhadap indera peserta didik.[13]
   G.    Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Motivasi
Kompetensi Kepribadian Guru yang meliputi disiplin, jujur dan adil, berakhlak mulia, diteladani, pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan penyabar, berwibawa dan percaya diri berada pada kategori cukup tinggi. Motivasi Belajar siswa yang diukur melalui durasi belajar, frekuensi belajar, presistensinya, devosi dan pengorbanan, ketabahan dan kemampuan, tingkat aspirasi, tingkat kualifikasi prestasi, dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan siswa yang berada pada kategori cukup tinggi.
Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kompetensi kepribadian guru maka semakin tinggi pula motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa. Kompetensi kepribadian guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar siswa melalui motivasi belajar siswa, sehingga dapat disimpulkan semakin tinggi kompetensi kepribadian guru melalui motivasi belajar siswa maka semakin tinggi prestasi belajar siswa.




[1]Departemen P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997),
hlm. 701.
[2] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004, h. 154
[3] S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, h.104
[4] Muhibin Syah 2002 dalam Heger dan Kaye, 1990
[5] Uus, Ruswandi.2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Hal 45
[6] Uus, Ruswandi.2010. Pengembangan Kepribadian Guru. Hal 45-46
[7] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan..., h. 160
[8] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan...,h. 161
[9] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan...,h. 163
[10] Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994), hlm 67
[11]Zainal Asril, Micro Teaching, (Jakarta: Rajawali Pers,2011),hal.13
[12] W. Gulo, Strategi Belajar-Mengajar,(Jakarta:Grasindo,2005),hal.2
[13] Pupuh Fathurohman dan M. Sobry Suntikno (2010)

1 komentar:

  1. Ketahui potensi diri dan kepribadian dari arti nama, tanggal lahir dengan coba unduh ARC Bali Pro kami di PlayStore atau ingin tahu lebih jauh bisa baca blog kami di ARC Bali

    BalasHapus