Kamis, 09 Maret 2017

Konsep Pemikiran Rasyid Ridha

Biografi Rasyid Ridha
Rasyid Ridha
Picture From Google
            Sayyid Muhammad Rasyid Ridha dengan nama lengakapnya adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Baha'uddin Al- Qalmuni Al- Husaini. Namun, dunia Islam lebih mengenalnya dengan nama Muhammad Rasyid Ridha. Ia lahir di daerah Qalamun (sebuah desa yang tidak jauh dari Kota Tripoli, Lebanon) pada 27 Jumadil Awal 1282 H bertepatan dengan tanggal 23 September 1865 M. [3]
            Menurut keterangan ia berasal dari keturunan Al- Husain, cucu Nabi Muhammad SAW. Karena ia memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya, kadang- kadang ia juga dipanggil syaikh, walaupun gelar demikian sangat jarang dipakai,dan lebih popular ketika orang sering membuat tambahan-tambahan didepan namanya sebagai sayyid. [4]
            Semasa kecil ia dimasukan ke Madrasah Tradisional di Al- Qolamun untuk belajar menulis, berhitung  dan membaca al- Qur’an. Ditahun 1882 ia melanjutkan pelajaran di Madrasah Al- Wataniyah Al- Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di madrasah ini, selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Prancis, dan disamping pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan modern. Rasyid Ridha meneruskan pelajarannya di salah satu Sekolah Agama yang ada di Tripoli. Walaupun pindah sekolah, hubungannya dengan Al- Syaikh Husain Al- Jisr berjalan terus dengan baik. Lewat hubungan akrab itulah Rasyid Ridha lebih jauh berkenalan denagan ide-ide pembaharuan, dan syekh amat berhasrat memompa semangat muda Rasyid Ridha yang memang meminati berat alur pemikiran baru.
            Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama yang selalu menambah ilmu pengetahuan dan selalu pula berjuang selama hayatnya, telah menutup lembaran hidupnya pada tanggal 23 Jumadil ‘Ula 1354 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1935 M. [5]

B.        Karya- karya Rayid Ridha

1.         Majalah al- Manar
            Majalah ini termasuk majalah termasyhur, di dalamnya dijelaskan bahwa tujuan Al- Manar sama dengan tujuan Al- Urwah Al- Wusqa, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang Agama, Sosial, dan Ekonomi, memberantas takhayul dan bid’ah- bid’ah yang masuk kedalam tubuh Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dikalangan umat Islam, serta paham- paham yang dibawa tarekat Tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat islam terhadap permainan polotik Negara- Negara Barat.[6]

2.         Tafsir Al- Manar
            Rasid Ridha melihat perlunya diadakan tafsir modern dari al- Qur’an yaitu tafsiran yang sesuai dengan ide-ide yang dicetuskan gurunya. Ia selalu menganjurkan pada Muhammad Abduh supaya menulis tafsir modern tetapi guru tidak sepaham dengan murid dalam hal itu. Karena selalu didesak, Muhammad Abduh akhirnya setuju untuk memberikan kuliah mengenai Tafsir Al- Qur’an di Al- azhar. Kuliah- kuliah itu dimulai di tahun 1899 dan dihadiri oleh rasyid ridha. Keterangan- keterangan yang diberikan guru ia catat untuk seterusnya disusun dalam bentuk keterangan teratur. Apa yang ia tulis ia serahkan pada guru untuk deperiksa. Setelah mendapat persetujuan, karangan itu disiarkan dalam Al- Manar. Dengan demikian timbullah apa yang kemudian dikenal dengan Tafsir al- Manar. Setelah guru meninggal, murid meneruskan penulisan tafsir sesuai dengan jiwa dan ide yang dicetuskan guru. Muhammad Abduh sempat memberikan tafsiran sampai dengan ayat 125 dari Surat An-Nisa’ (jilid III dari Tafsir Al- Manar) dan yang selanjutnya adalah tafsiran Rasyid Ridha sendiri.[7]

3.         Tarikh Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh 'Abduh (Sejarah Hidup Imam          Syaikh Muhammad Abduh)
4.         Nida' Li Al- Jins Al-Latif (Panggilan terhadap Kaum Wanita), Al-       Wahyu Muhammad (Wahyu Allah yang diturunkan kepada     Muhammad SAW)
5.       Yusr Al-Islam wa Usul At-Tasyri' Al-'Am (Kemudahan Agama Islam   dan dasar-dasar umum penetapan hukum Islam)
6.         Al-Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (Kekhalifahan dan Imam-imam             besar), Muhawarah Al-Muslih wa Al-Muqallid (dialog antara kaum     pembaharu dan konservatif),
7.         Zikra Al-Maulid An-Nabawiy (Peringatan Kelahiran Nabi        Muhammad   SAW), dan Haquq Al-Mar'ah As-Salihah (hak-hak      wanita Muslim)


C.                Ide-ide Pembaruan Rasyid Ridha

1.                  Di bidang agama
            Rasyid Ridha mengatakan bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni seperti yang dipraktekkan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Melainkan ajaran-ajaran yang menyimpang dan lebih banyak bercampur dengan bid'ah dan khurafat. Ia menegaskan jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali berpegang kepada Alquran dan Sunah. Ia membedakan antara masalah peribadatan (yang berhubungan dengan Allah SWT) dan masalah muamalah (yang berhubungan dengan manusia). Menurutnya, masalah yang pertama yaitu Alquran dan hadis harus dilaksanakan serta tidak berubah meskipun situasi masyarakat terus berubah dan berkembang. Sedangkan untuk hal kedua, dasar dan prinsipnya telah diberikan, seperti keadilan, persamaan, dan hal lain, namun pelaksanaan dasar-dasar itu diserahkan kepada manusia untuk menentukan dengan potensi akal pikiran dan melihat situasi dan kondisi yang dihadapi, sepanjang tidak menyimpang dari prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.

2.                  Di bidang pendidikan
            Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat Islam akan maju jika menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia banyak mengimbau dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga pendidikan. Dalam bidang ini, Ridha pun berupaya memajukan ide pengembangan kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum. Dan sebagai bentuk kepeduliannya, ia mendirikan sekolah di Kairo pada tahun 1912 yang diberi nama Madrasah Ad-Da'wah wa Al-Irsyad.

3.                  Dalam bidang politik
            Rasyid Ridha tertarik dengan ide Ukhuwah Islamiyah. Sebab ia banyak melihat penyebab kemunduran Islam antara lain karena perpecahan yang terjadi di kalangan mereka sendiri. Untuk itu dia menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam satu sistem hukum dalam satu kekuasaan yang berbentuk negara. Namun negara yang diinginkannya bukan seperti konsep Barat melainkan negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada masa Al-khulafa ar-Rasyidin. Dia menganjurkan pembentukan organisasi Al-jami'ah al-Islamiyah (Persatuan Umat Islam) dibawah naungan khalifah. Khalifah ideal, menurutnya adalah sosok yang dapat memenuhi beberapa persyaratan, antara lain dari segi keadilan, kemampuan, dan sifat mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. Lebih lanjut Rasyid Ridha menyebutkan dalam bukunya Al-khilafah bahwa fungsi khalifah adalah menyebarkan kebenaran, menegakkan keadilan, memelihara agama, dan bermusyawarah mengenai masalah yang tidak dijelaskan nash. Kedudukan khalifah bertanggung jawab atas segala tindakannya di bawah pengawasan sebuah dewan pengawas yang anggotanya terdiri atas para ulama dan pemuka masyarakat. Tugas dewan pengawas selain mengawasi roda pemerintahan, juga mencegah terjadinya penyelewengan oleh khalifah, dan lembaga ini berhak menindak khalifah yang berbuat zalim dan sewenang-wenang. Khalifah harus ditaati sepanjang pemerintahannya dijalankan sesuai dengan ajaran agama. Ia merupakan kepala atau pemimpin umat Islam sedunia, meskipun tidak memerintah secara langsung setiap negara anggota. Dan menurut Rasyid Ridha, seorang khalifah hendaknya juga seorang mujtahid besar yang dihormati. Di bawah khalifah seperti inilah kesatuan dan kemajuan umat Islam dapat terwujud.
            Kiprah Rasyid Ridha dalam dunia politik secara nyata dapat dilihat dalam aktivitasnya. Ia pernah menjadi Presiden Kongres Suriah pada 1920, menjadi delegasi Palestina-Suriah di Jenewa tahun 1921. Ia juga pernah menjadi anggota Komite Politik di Kairo tahun 1925, dan menghadiri Konferensi Islam di Mekah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun 1931.

4.                  Dalam Bidang Teologi
a.         Akal dan Wahyu
            Menurut Rasyid Ridha, dalam masalah ketuhanan menghendaki agar urusan keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu. Sungguhpun demikian, akal tetap diperlukan untuk memberikan penjelasan dan argumentasi terutama kepada mereka yang masih ragu-ragu. [8]
b.         Sifat Tuhan
            Dalam menilai sifat Tuhan, di kalangan pakar teologi Islam terjadi perbedaan pendapat yang sangat signifikan, terutama dari kalangan Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Mengenai masalah ini, Rasyid Ridha berpandangan sebagaimana pandangan kaum Salaf, menerima adanya sifat-sifat Tuhan seperti yang dinyatakan oleh nash, tanpa memberikan tafsiran maupun takwil. [9]
c.         Perbuatan Manusia
            Pembahasan teologi tentang perbuatan manusia bertolak dari pertanyaan apakah manusia memiliki kebebasan atas perbuatannya (freewill) atau perbuatan manusia hanyalah diciptakan oleh Tuhan (Predistination). Perbuatan manusia menurut Rasyid Ridha sudah dipolakan oleh suatu hukum yang telah ditetapkan Tuhan yang disebut Sunatullah, yang tidak mengalami perubahan.
d.         Konsep Iman
            Rasyid Ridha mempunyai dasar pemikiran bahwa kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal perbuatan mereka yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Pandangan Rasyid Ridha mengenai keimanan didasarkan atas pembenaran hati (tasdiq) bukan didasarkan atas pembenaran rasional.

D.        Relevansi Pemikiran Pendidikan Islam Menurut Rasyid Ridha             Dengan Pendidikan Masa Terkini
           
            Pemikiran pembaharuan Rasyid Ridha dengan pendidikan zaman sekarang  sudah  banyak yang terealisasi diantaranya yaitu dilihat dari:
1.         Tujuan pembelajaran
a.         Rasyid Ridha mengatakan salah satu tujuan pembaharuaan pendidikan agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi modern kalangan umat islam, sekaligus memberikan informasi yang benar tentang Islam.
Jika dilihat dengan zaman sekarang madrasah-madrasah atau sekolah umum yang berbasis islam dalam pengajarannya menggunakan teknologi yang canggih. Dengan teknologi yang canggih pada madrasah-madrasah, membuat lembaga ini menjadi sekolah favorit dan diminati oleh banyak siswa.
b.         Memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum dengan metode modern.
Hal ini sudah cukup terealisasi dimana sekarang madrasah-madrasah memadukan pendidikan agama dengan pendidikan umum menggunakan metode yang modern.
c.         Tidak memisahkan antara pendidikan Agama (spiritual) dengan Pendidikan umum (keduniaan).
Dalam madrasah sekarangpun masih tetap diterapkan, pendidik tidak memisahkan kedua ilmu tersebut karena memang kedua pengetahuan tersebut penting bagi kehidupan seseorang untuk bahagia di dunia dan akhirat.

2.         Materi
            Menurut Rasyid Ridha materi yang diajarkan di samping fiqh, tafsir, hadits dan sebagainya yang biasa diberikan di madrasah-madrasah tradisional perlu adanya penambahan kurikulum mata pelajaran yang mencakup bidang teknologi, moral, sosiologi, ilmu bumi, sejarah,  ekonomi, hitung, kesehatan, bahasa asing, dan Ilmu mengatur Rumah tangga (kejahteraan keluarga).
            Jika dilihat meteri pembelajaran sekarang, pemikiran Rasyid Ridho tersebut sudah terealisasi. Sekarang pada madrasah- madrasah tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja tetapi juga mengajarkan  mengenai ilmu duniawi, malah bisa dibilang teknologi yang digunakan pada madrasah- madrasah sudah cukup canggih. Walaupun masih terdapat madarasah- madrasah yang hanya mengajarkan agama saja tidak mengajarkan ilmu- ilmu umum, seperti di Madrasah/ Pesantren  salafi.

3.         Metode
            Metode yang yang digunakan  Rasyid Ridha cukup terlaksana pada masa kini, melihat sekarang metode yang yang digunakan lebih menuntut kepada kemandirian siswa, menjadikan pengalaman sebagai pelajaran dan menggunakan teknologi sebagai alat bantu/ media yang digunakan untuk mempermudah guru mengajar dan murid menerima pelajaran yang diberikan.

4.         Pendidik
a.         Seorang pendidik harus senantiasa menambah ilmu pengetahuan.
            Pemikiran ini sudah cukup terlaksana, seperti adanya progam pemerintah memberikan sertifikasi kepada guru- guru yang memenuhi syarat. Dengan adanya progam ini memberikan semangat kepada para pendidik untuk memperluas pengetahuannya.
b.         Dalam mengajar pendidik menggunkan metode yang bervariasi.
            Jika dilihat dengan masa kini, pemikiran ini sudah cukup terealisasi, dimana pada saat ini banyak pendidik yang tidak hanya menggunakan metode ceramah saja dalam mengajar, tetapi sudah bermacam- macam metode yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan.
c.         Dalam mengajar pendidik harus melibatkan peserta didik agar mereka dapat          menjelaskan secara kusus menurut penelitian mereka sendiri.
Pemikiran Rasyid Ridha ini sudah cukup terealisasi dimana para pendidik kini menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada siswa adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan belajar bersifat modern. Pada pendekatan ini siswa memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai dengan minat dan keinginannya. [10]

5.         Peserta Didik

            Seperti yang telah dijelaskan diatas peserta didik dituntut untuk lebih aktif, dan sekarang sudah cukup terlaksana melalui pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches) seperti yang sudah dijelaskan di atas tadi.

0 komentar:

Posting Komentar