Sayyid Muhammad Rasyid
Ridha dengan nama lengakapnya adalah Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin
Baha'uddin Al- Qalmuni Al- Husaini. Namun, dunia Islam lebih mengenalnya dengan nama
Muhammad Rasyid Ridha. Ia lahir di
daerah
Qalamun (sebuah desa yang tidak jauh dari Kota Tripoli, Lebanon) pada 27
Jumadil Awal 1282 H bertepatan dengan tanggal 23 September 1865 M. [3]
Menurut keterangan ia
berasal dari keturunan Al-
Husain,
cucu Nabi Muhammad SAW. Karena ia memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya, kadang- kadang ia juga
dipanggil syaikh, walaupun gelar demikian sangat jarang dipakai,dan lebih popular ketika orang sering membuat tambahan-tambahan
didepan namanya sebagai sayyid. [4]
Semasa kecil ia
dimasukan ke Madrasah Tradisional di Al- Qolamun untuk belajar menulis,
berhitung dan membaca al- Qur’an. Ditahun 1882 ia melanjutkan pelajaran di Madrasah Al-
Wataniyah Al- Islamiyah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli. Di madrasah ini,
selain dari bahasa Arab diajarkan pula bahasa Turki dan Prancis, dan disamping
pengetahuan-pengetahuan agama juga pengetahuan modern. Rasyid Ridha meneruskan
pelajarannya di salah satu Sekolah Agama yang ada di Tripoli. Walaupun pindah
sekolah, hubungannya dengan Al- Syaikh
Husain Al- Jisr berjalan terus dengan baik. Lewat hubungan akrab itulah Rasyid
Ridha lebih jauh berkenalan denagan ide-ide pembaharuan, dan syekh amat
berhasrat memompa semangat muda Rasyid Ridha yang memang meminati berat alur
pemikiran baru.
Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama yang selalu menambah ilmu pengetahuan
dan selalu pula berjuang selama hayatnya, telah menutup lembaran hidupnya pada
tanggal 23 Jumadil ‘Ula 1354 H, bertepatan dengan 22 Agustus 1935 M. [5]
B.
Karya- karya Rayid Ridha
1. Majalah al- Manar
Majalah ini termasuk
majalah termasyhur, di dalamnya
dijelaskan bahwa tujuan Al- Manar sama dengan tujuan Al- Urwah Al- Wusqa,
antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang Agama, Sosial, dan Ekonomi,
memberantas takhayul dan bid’ah- bid’ah yang masuk kedalam tubuh Islam,
menghilangkan paham fatalisme yang terdapat
dikalangan umat Islam, serta paham- paham yang dibawa tarekat Tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat islam terhadap permainan polotik
Negara- Negara Barat.[6]
2. Tafsir Al- Manar
Rasid Ridha melihat
perlunya diadakan tafsir modern dari al- Qur’an yaitu tafsiran yang sesuai
dengan ide-ide yang dicetuskan gurunya. Ia selalu menganjurkan pada Muhammad
Abduh supaya menulis tafsir modern tetapi guru tidak sepaham dengan murid dalam
hal itu. Karena selalu didesak, Muhammad Abduh
akhirnya setuju untuk memberikan kuliah mengenai Tafsir Al- Qur’an di Al-
azhar. Kuliah- kuliah itu dimulai di tahun 1899 dan dihadiri oleh rasyid ridha.
Keterangan- keterangan yang diberikan guru ia catat untuk seterusnya disusun
dalam bentuk keterangan teratur. Apa yang ia tulis ia serahkan pada guru untuk
deperiksa. Setelah mendapat persetujuan, karangan itu
disiarkan dalam Al- Manar. Dengan demikian timbullah apa yang kemudian dikenal
dengan Tafsir al- Manar. Setelah guru meninggal, murid meneruskan penulisan
tafsir sesuai dengan jiwa dan ide yang dicetuskan guru. Muhammad Abduh sempat memberikan tafsiran sampai dengan ayat 125 dari Surat An-Nisa’ (jilid III dari Tafsir Al- Manar)
dan yang selanjutnya adalah tafsiran Rasyid Ridha sendiri.[7]
3. Tarikh
Al-Ustadz Al-Imama Asy-Syaikh 'Abduh (Sejarah Hidup Imam Syaikh Muhammad Abduh)
4. Nida'
Li Al- Jins Al-Latif (Panggilan terhadap Kaum Wanita), Al- Wahyu Muhammad (Wahyu Allah yang
diturunkan kepada Muhammad SAW)
5. Yusr Al-Islam wa Usul
At-Tasyri' Al-'Am (Kemudahan Agama Islam dan
dasar-dasar umum penetapan hukum Islam)
6. Al-Khilafah wa Al-Imamah Al-Uzma (Kekhalifahan dan Imam-imam besar), Muhawarah Al-Muslih wa
Al-Muqallid (dialog antara kaum pembaharu
dan konservatif),
7. Zikra
Al-Maulid An-Nabawiy (Peringatan Kelahiran Nabi Muhammad SAW), dan
Haquq Al-Mar'ah As-Salihah (hak-hak wanita
Muslim)
C.
Ide-ide Pembaruan Rasyid Ridha
1.
Di bidang agama
Rasyid Ridha mengatakan bahwa umat
Islam lemah karena mereka tidak lagi mengamalkan ajaran-ajaran Islam yang murni
seperti yang dipraktekkan pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat. Melainkan
ajaran-ajaran yang menyimpang dan lebih banyak bercampur dengan bid'ah dan
khurafat. Ia menegaskan jika umat Islam ingin maju, mereka harus kembali
berpegang kepada Alquran dan Sunah. Ia membedakan antara masalah peribadatan
(yang berhubungan dengan Allah SWT) dan masalah muamalah (yang berhubungan
dengan manusia). Menurutnya, masalah yang pertama yaitu Alquran dan hadis harus
dilaksanakan serta tidak berubah meskipun situasi masyarakat terus berubah dan
berkembang. Sedangkan untuk hal kedua, dasar dan prinsipnya telah diberikan,
seperti keadilan, persamaan, dan hal lain, namun pelaksanaan dasar-dasar itu
diserahkan kepada manusia untuk menentukan dengan potensi akal pikiran dan
melihat situasi dan kondisi yang dihadapi, sepanjang tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip dasar ajaran Islam.
2.
Di bidang pendidikan
Rasyid Ridha berpendapat bahwa umat
Islam akan maju jika menguasai bidang ini. Oleh karenanya, dia banyak mengimbau
dan mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaannya bagi pembangunan lembaga-lembaga
pendidikan. Dalam bidang ini, Ridha pun berupaya memajukan ide pengembangan
kurikulum dengan muatan ilmu agama dan umum. Dan sebagai bentuk kepeduliannya,
ia mendirikan sekolah di Kairo pada tahun 1912 yang diberi nama Madrasah
Ad-Da'wah wa Al-Irsyad.
3.
Dalam bidang politik
Rasyid Ridha tertarik dengan ide
Ukhuwah Islamiyah. Sebab ia banyak melihat penyebab kemunduran Islam antara
lain karena perpecahan yang terjadi di kalangan mereka sendiri. Untuk itu dia
menyeru umat Islam agar bersatu kembali di bawah satu keyakinan, satu sistem
moral, satu sistem pendidikan, dan tunduk dalam satu sistem hukum dalam satu
kekuasaan yang berbentuk negara. Namun negara yang diinginkannya bukan seperti
konsep Barat melainkan negara dalam bentuk khilafah (kekhalifahan) seperti pada
masa Al-khulafa ar-Rasyidin. Dia menganjurkan pembentukan organisasi Al-jami'ah
al-Islamiyah (Persatuan Umat Islam) dibawah naungan khalifah. Khalifah ideal,
menurutnya adalah sosok yang dapat memenuhi beberapa persyaratan, antara lain
dari segi keadilan, kemampuan, dan sifat mengutamakan kepentingan masyarakat diatas
kepentingan pribadi. Lebih lanjut Rasyid Ridha menyebutkan dalam bukunya
Al-khilafah bahwa fungsi khalifah adalah menyebarkan kebenaran, menegakkan
keadilan, memelihara agama, dan bermusyawarah mengenai masalah yang tidak
dijelaskan nash. Kedudukan khalifah bertanggung jawab atas segala tindakannya
di bawah pengawasan sebuah dewan pengawas yang anggotanya terdiri atas para
ulama dan pemuka masyarakat. Tugas dewan pengawas selain mengawasi roda
pemerintahan, juga mencegah terjadinya penyelewengan oleh khalifah, dan lembaga
ini berhak menindak khalifah yang berbuat zalim dan sewenang-wenang. Khalifah
harus ditaati sepanjang pemerintahannya dijalankan sesuai dengan ajaran agama.
Ia merupakan kepala atau pemimpin umat Islam sedunia, meskipun tidak memerintah
secara langsung setiap negara anggota. Dan menurut Rasyid Ridha, seorang
khalifah hendaknya juga seorang mujtahid besar yang dihormati. Di bawah
khalifah seperti inilah kesatuan dan kemajuan umat Islam dapat terwujud.
Kiprah Rasyid Ridha dalam dunia
politik secara nyata dapat dilihat dalam aktivitasnya. Ia pernah menjadi
Presiden Kongres Suriah pada 1920, menjadi delegasi Palestina-Suriah di Jenewa
tahun 1921. Ia juga pernah menjadi anggota Komite Politik di Kairo tahun 1925,
dan menghadiri Konferensi Islam di Mekah tahun 1926 dan di Yerusalem tahun
1931.
4.
Dalam Bidang Teologi
a. Akal dan Wahyu
Menurut Rasyid Ridha, dalam masalah
ketuhanan menghendaki agar urusan keyakinan mengikuti petunjuk dari wahyu.
Sungguhpun demikian, akal tetap diperlukan untuk memberikan penjelasan dan
argumentasi terutama kepada mereka yang masih ragu-ragu. [8]
b. Sifat Tuhan
Dalam menilai sifat Tuhan, di
kalangan pakar teologi Islam terjadi perbedaan pendapat yang sangat signifikan,
terutama dari kalangan Mu’tazilah dan Asy’ariyah. Mengenai masalah ini, Rasyid
Ridha berpandangan sebagaimana pandangan kaum Salaf, menerima adanya
sifat-sifat Tuhan seperti yang dinyatakan oleh nash, tanpa memberikan tafsiran
maupun takwil. [9]
c. Perbuatan Manusia
Pembahasan teologi tentang perbuatan
manusia bertolak dari pertanyaan apakah manusia memiliki kebebasan atas
perbuatannya (freewill) atau perbuatan manusia hanyalah diciptakan oleh Tuhan
(Predistination). Perbuatan manusia menurut Rasyid Ridha sudah dipolakan oleh
suatu hukum yang telah ditetapkan Tuhan yang disebut Sunatullah, yang tidak
mengalami perubahan.
d. Konsep Iman
Rasyid Ridha mempunyai dasar
pemikiran bahwa kemunduran umat Islam disebabkan keyakinan dan amal perbuatan
mereka yang telah menyimpang dari ajaran Islam. Pandangan Rasyid Ridha mengenai
keimanan didasarkan atas pembenaran hati (tasdiq) bukan didasarkan atas
pembenaran rasional.
D. Relevansi Pemikiran Pendidikan
Islam Menurut Rasyid Ridha Dengan
Pendidikan Masa Terkini
Pemikiran pembaharuan Rasyid
Ridha dengan pendidikan zaman sekarang sudah banyak yang
terealisasi diantaranya yaitu dilihat dari:
1.
Tujuan pembelajaran
a.
Rasyid Ridha mengatakan salah
satu tujuan pembaharuaan pendidikan agar dapat menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi modern kalangan umat islam, sekaligus
memberikan informasi yang benar tentang Islam.
Jika dilihat dengan zaman
sekarang madrasah-madrasah atau sekolah umum yang berbasis islam dalam
pengajarannya menggunakan teknologi yang canggih. Dengan teknologi yang canggih
pada madrasah-madrasah, membuat lembaga
ini menjadi sekolah favorit dan diminati oleh banyak siswa.
b.
Memadukan pendidikan agama dan
pendidikan umum dengan metode modern.
Hal ini sudah cukup terealisasi
dimana sekarang madrasah-madrasah memadukan pendidikan agama dengan pendidikan
umum menggunakan metode yang modern.
c.
Tidak memisahkan antara
pendidikan Agama (spiritual) dengan Pendidikan umum (keduniaan).
Dalam madrasah sekarangpun
masih tetap diterapkan, pendidik tidak memisahkan kedua ilmu tersebut karena
memang kedua pengetahuan tersebut penting bagi kehidupan seseorang untuk bahagia
di dunia dan akhirat.
2.
Materi
Menurut Rasyid Ridha
materi yang diajarkan di samping fiqh, tafsir, hadits dan sebagainya yang biasa
diberikan di madrasah-madrasah tradisional perlu adanya penambahan kurikulum
mata pelajaran yang mencakup bidang teknologi, moral, sosiologi, ilmu bumi,
sejarah, ekonomi, hitung, kesehatan, bahasa asing, dan Ilmu mengatur
Rumah tangga (kejahteraan keluarga).
Jika dilihat meteri
pembelajaran sekarang, pemikiran Rasyid Ridho tersebut sudah terealisasi. Sekarang pada madrasah- madrasah tidak hanya
mengajarkan ilmu agama saja tetapi juga mengajarkan mengenai ilmu duniawi, malah bisa dibilang teknologi yang digunakan pada madrasah-
madrasah sudah cukup canggih. Walaupun masih terdapat madarasah- madrasah yang
hanya mengajarkan agama saja tidak mengajarkan ilmu- ilmu umum, seperti di
Madrasah/ Pesantren salafi.
3.
Metode
Metode yang yang digunakan Rasyid Ridha
cukup terlaksana pada masa kini, melihat sekarang metode yang yang digunakan
lebih menuntut kepada kemandirian siswa, menjadikan pengalaman sebagai
pelajaran dan menggunakan teknologi sebagai alat bantu/ media yang digunakan
untuk mempermudah guru mengajar dan murid menerima pelajaran yang diberikan.
4.
Pendidik
a. Seorang pendidik
harus senantiasa menambah ilmu pengetahuan.
Pemikiran ini sudah
cukup terlaksana, seperti adanya progam pemerintah memberikan sertifikasi
kepada guru- guru yang memenuhi syarat. Dengan adanya progam ini memberikan
semangat kepada para pendidik untuk memperluas pengetahuannya.
b. Dalam mengajar
pendidik menggunkan metode yang bervariasi.
Jika dilihat dengan
masa kini, pemikiran ini sudah cukup terealisasi, dimana pada saat ini banyak
pendidik yang tidak hanya menggunakan metode ceramah saja dalam mengajar,
tetapi sudah bermacam- macam metode yang digunakan sesuai dengan materi yang
diajarkan.
c. Dalam
mengajar pendidik harus melibatkan peserta didik agar mereka dapat menjelaskan secara kusus menurut
penelitian mereka sendiri.
Pemikiran Rasyid Ridha ini sudah cukup terealisasi dimana para pendidik
kini menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa (student centered approaches). Pendekatan yang berpusat pada
siswa adalah pendekatan pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek
belajar dan kegiatan belajar bersifat modern. Pada pendekatan ini siswa
memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreativitas dan mengembangkan
potensinya melalui aktivitas secara langsung sesuai dengan minat dan
keinginannya. [10]
5.
Peserta Didik
Seperti yang telah
dijelaskan diatas peserta didik dituntut untuk lebih aktif, dan sekarang sudah cukup terlaksana melalui pendekatan yang
berpusat pada siswa (student centered
approaches) seperti yang sudah
dijelaskan di atas tadi.
0 komentar:
Posting Komentar